Penulis: Taufiqurrahman
Al-Azizy
Penerbit: Diva Press
Jumlah halaman:
256 halaman
Peresensi:
Subuhan (10.12.074)
Iqbal adalah pemuda metropolis yang tidak pernah shalat dan tak bisa mengaji. Namun
akhirnya ia mulai meniti jalan yang benar, dimulai saat ia merasa bersalah telah
mencelakai ibunya sendiri. Karena penyesalannya, ia memutuskan untuk mondok di
pesantren Kyai Siddiq di Tegal
Jadin.
Ternyata selama
dua bulan Iqbal hanya disuruh mengambil air dari telaga. Saking kesalnya, Iqbal
meluapkan marahnya di telaga. Disanalah ia bertemu dengan Aisyah, putri dari Kyiai Subadar, sekaligus
cucu dari Kyai Siddiq.
Takut dimarahi
Kyai dan adanya perseteruan religius yang sangat tajam, Iqbal melarikan diri
tanpa tujuan. Hingga ia bertemu Pricilia, gadis Kristen yang baik hati. Pricilla membantu iqbal
mencari tempat tinggal namun Iqbal memutuskan untuk tinggal di rumah Ibu
Jamilah,
seorang pengemis yang hidup bersama kedua anaknya, Fatimah dan Irsyad.
Dalam perjalanan
mempelajari agama Islam, Iqbal mendapat banyak cobaan. Namun cobaan tersebut
tidak membuatnya mundur dari tekadnya untuk menjadi orang yang taat.
Menurut pandangan saya dari
cerita ini sungguh menarik karena mengajak untuk bersikap lebih baik dan
mengubah sikap kita untuk menjadi orang
yang sopan dan bijak. Dalam mengambil suatu keputusan agar suatu perbuatan yang
dilakukan tak akan terulang kembali.
No comments:
Post a Comment