Laman

Akuntansi

Manajemen Pemasaran

Resensi Buku

Friday, December 30, 2011

Kelompok V: Mengukur Ekuitas Merek


MENGUKUR  EKUITAS  MEREK (RINY)

Didalam mengukur suatu ekuitas merek terdapat adanya Kekuatan Merek. karena kekuatan merek terletak dalam pikiran konsumen dan cara merek mengubah respons konsumen terhadap pemasaran, Ada dua pendekatan dasar untuk mengukur ekuitas merek yaitu :
·   Pendekatan tidak langsung dimana pendekatan ini menilai akan sumber ekuitas merek yang potensial dengan mengidentifikasikan dan melacak stuktur pengetahuan merek konsumen
·   Pendekatan langsung dimana pendekatan ini menilai dampak actual pengetahuan merek terhadap respons konsumen pada berbagai aspek pemasaran.
“ Gagasan Pemasaran : “ Rantai Nilai Merek “. Memperlihatkan cara menghubungkan kedua pendekatan ini.

Rantai Nilai Merek ( brand value chain ) adalah pendekatan terstruktur untuk menilai sumber dan hasil ekuitas merek serta cara dimana kegiatan pemasaran menciptakan nilai merek. Rantai Nilai Merek didasarkan pada beberapa premis yaitu :
-    Pertama, proses penciptaan nilai merek diasumsikan dimulai ketika perusahaan berinvestasi dalam program pemasaran yang membidik pelanggan actual atau potensial. Setiap investasi program pemasaran yang dapat diatributkan pada pengembangan nilai merek, dengan sengaja maupun tidak, dibagi dalam kategori ini yaitu riset produk, pengembangan, dan rancangan : dukungan perdagangan atau perantara ; dan komunikasi pemasaran.
-    Kedua, yaitu pikiran pelanggan diasumsikan berubah akibat program pemasaran ini. Diasumsikan karena dapat mempengaruhi cara kinerja merek di pasar melalui dampak kolektif pelanggan individual dalam memutuskan berapa besar yang akan dibeli dan kapan, berapa banyak mereka akan membayar, dan seterusnya.
-    Ketiga, yaitu komunitas investasi mempertimbangkan kinerja pasar dan faktor-faktor lain seperti biaya penggantian dan harga pembelian dalam akuisisi untuk tiba pada penilaian nilai pemegang saham secara umum dan nilai merek secara khusus.

Model ini juga mengasumsikan bahwa ada sejumlah faktor penghubung antara tahap-tahap  ini dan menentukan sejauh mana nilai yang diciptakan pada satu tahap dipindahkan ke tahap berikutnya.

Tiga kelompok pengali memudahkan pemindahan antara program pemasaran dan tiga tahap nilai yang berurutan yaitu :
-    Pengali Program yaitu menentukan kemampuan program pemasaran untuk mempengaruhi pola pikir pelanggan dan merupakan fungsi kualitas investasi program
-    Pengali Pelanggan yaitu menentukan sejauh mana nilai yang diciptakan dalam pikiran pelanggan mempengaruhi kinerja pasar.
-    Pengali Pasar ( market multiplier ) yaitu menentukan sejauh mana nilai yang di perlihatkan oleh kinerja pasar sebuah merek dimanifestasikan dalam nilai pemegang saham.

TAHAP-TAHAP NILAI
1.Investasi Program Pemasaran mencakup tentang Produk, Komunikasi, Perdagangan, karyawan dan lainnya.
2.Pola Pikir pelanggan mencakup tentang Kesadaran, Asosiasi, Sikap, Keterikatan, Kegiatan.
3.Kinerja Merek mencakup tentang Premi harga, Elastisitas harga, Pangsa pasar, Keberhasilan ekspansi, Stuktur biaya, Profitabilitas
4.Nilai Pemegang Saham mencakup tentang Harga saham, Rasio, Kapitalisasi pasar.

PENGALI
1.Pengali Program mencakup tentang Kejelasan, Relevansi, Perbedaan, dan Konsistensi
2.Pengali Pelanggan mencakup tentang Reaksi Kompetitif, Dukungan Saluran, Ukuran dan Profil Pelanggan
3.Pengali pasar mencakup tentang Dinamika Pasar,  Potensi Pertumbuhan, Profil Resiko, dan Kontribusi Merek.

Agar Ekuitas merek dapat melaksanakan fungsi stragtegis yang berguna dan memandu keputusan pemasaran, pemasar harus benar-benar memahami sumber ekuitas merek dan bagaimana sumber itu mempengaruhi hasil yang di harapkan, dan juga bagaimana bila sumber-sumber dan hasil ini berubah seiring berjalannya waktu.
Audit Merek penting bagi sumber ekuitas merek  di mana sumber itu mempengaruhi hasil yang di harapkan, sedangkan penelusuran merek penting bagi sumber yang berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Audit Merek ( brand audit ) adalah sederet prosedur yang berfokus pada konsumen untuk menilai kesehatan merek, mengungkap sumber ekuitas mereknya, dan menyarankan cara untuk meningkatkan dan mengangkat ekuitasnya.
Pemasar harus melaksanakan Audit merek kapanpun mereka ingin melakukan perubahan penting dalam arah strategis. Melaksanakan Audit merek secara teratur, seperti  setiap tahun, memungkinkan pemasar memeriksa denyut merek mereka sehingga mereka dapat mengelola merek tersebut secara lebih proaktif dan responsif. Audit adalah pendukung yang sangat berguna untuk para manajer ketika mereka menetapkan rencana pemasaran mereka.

Studi Penelusuran Merek ( brand tracking studies ) adalah mengumpulkan data kuantitatif dari konsumen secara rutin sepanjang waktu untuk memberikan informasi dasar yang konsisten tentang bagaimana kinerja merek dan program pemasaran merek pada aspek-aspek kunci. Studi penelusuran merupakan alat untuk memahami dimana, berapa banyak, dan dengan cara apa nilai merek diciptakan, untuk memfasilitasi pengambilan keputusan harian.

Penilaian Merek
Di dalam penilaian suatu merek, Pemasar harus membedakan ekuitas merek dengan penilaian merek. Yang dimaksud dengan  Penilaian Merek ( brand valuation ), yaitu merupakan pekerjaan yang memperkirakan nilai keuangan total dari merek.


MEMBANGUN EKUITAS MERK (RIZAL)

Unsur-unsur ekuitas merk menurut Aaker (1991,1995) dan Joachimsthaler (2000), yakni :
1.Brands awareness, yaitu kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merk merupakan anggota dari kategori produk tertentu
2.Perceived Quality, merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu perceived Quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen terhadap kualitas produk.
3.Brand Associations, yakni segala sesuatu yang terkait dengan memori terhadap sebuah merk. Brand association berkaitan erat dengan brand image, yang didefenisikan sebagai serangkaian asosiasi merk dengan makna tertentu. Asosiasi merk memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakinkuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur merk tertentu.
4.Brand loyalty, yakni The attachment that a customer has to a brand” (Aaker, 1991, p.39).

Sementara itu, model Keller lebih berfokus pada perspektif perilaku konsumen. Ia mengembangkan ekuitas merk berbasis pelanggan (CBBE= CUSTOMER BASED BRAND EQUITY). Asumsi pokok model ini adlah bahwa kekuatan sebuah merk terletak pada apa yang di pelajari, dilihat, dirasakan, dan didengarkan konsumen tentangmerk tersebut sebagai hasil dari pengalamannya sepanjang waktu (Keller, 2003).

Berdasarkan model ini, sebuah merk dikatakan memilki customer based brand equity positif apabila pelanggan bereaksi secara lebih positif terhadap sebuah produk dan cara produk tersebut dipasarkan manakala merknya diidentifikasi, dibandingkan bila nama merknya tidak terindentifikasi (misalnya, jika nama fiktif atau fersi produk tanpa merk digunakan).

Menurutnya, kunci pokok penciptaan ekuitas merk adalah brand knowledge, Yang terdiri atas brand awareness dan brand image. Dengan demikian, ekuitas merk baru terbentuk jika pelanggan mempunyai tingkat awareness dan familiaritas tinggi terhadap sebuah merk dan memilki asosiasi merk yang kuat, positf dan unik dalam memorinya.
Keller mengajukan proses empat langkah dalam membangu ekuitas merk :
1.Menyusun identitas merk yang tetap
2.Menciptakn makna merk yang sesuai
3.Menstimulasi respon merk yang diharapkan, dan
4.Menjalionrelasi merk yang tetap dengan pelanggan
Dengan kata lain, keempat langkah ini mencerminkan 4 pertanyaan fundamental, yakni:
1.Who are you? Identitas merk
2.What are you ? ( makna merk)
3.What about you ? what do I think or feel abouth you ? ( respon merk )
4.What about you and me ? What kind of association and how much of a connection would I like to have with you ? (relasi merk )
Proses implementasi keempat tahap ini membuthkan enam building blocks utama:
1.Brand salience
   Berkenaan dengan aspek-aspek awareness sebuah merk, seperti seberapa sering dan mudah sebuah merk diingat Dan dikenali dalam berbagai situasi ? Faktor ini menyangkut seberapa bagus elemen merk menjalankan fungsinya sebagai pengidentifikasi produk. Brand awareness bukan sekedar menyangkut apakah konsumen mengetahui nama merk dan pernah melihatnya, namun berkaitan pula dengan mengaitkan merk ( nama merk, logo, symbol dst) dengan asosiasi-asosiasi tertentu.
2.Brand performance
   Berkenaan dengan kemampuan produk dan jasa dalam memenuhi kebutuhan fungsional konsumen. Secara gari besar, ada lima atribut dan manfaat pokok yang mendasari kinerja merk: (a). Unsure primer dan fitur supplement; (b). realibilitas, durabiltas dan serviceability produk; (c). efektivitas, efesiensi, dan empati layanan; (d) model dan desain; (e). harga
3.Brand imagery
   Menyangkut ekstrinsik properties produk dan jasa, yaitu kemampuan merk dalam memenuhi kebutuhan psikologis atau social pelanggan
4.Brand judgments
   Berfokus pada pendapat dan evakusi personal konsumen terhadap merk berdasarkan kinerja merk dan asosiasi citra yang dipersepsikannya.
5.Brand feelings
   Yaitu respon reaksi emosional konsumen terhadap merk. Reaksi semacam ini bisa berupa perasaan warmth, fun, excitement, security, dan social approval.
6.Brand resonance
   Mengacu pada karakteristik relasi yang dirasakn pelanggan terhadap merk tertentu. Resonansi tercermin pada intensitas atau kekuatan ikatan psikologis antara pelanggan dan merk, serta tingkat aktifitas yang ditimbulkan loyalitas tersebut.


MENGELOLA EQUITAS MERK (RUSLI)

Dalam era globalisasi pasar, produk yang ditawarkan begitu beragam sehingga menyulitkan para produsen dalam berebut pangsa pasar . Salah satu contohnya adalah produk-produk sabun mandi seperti merek Lux, Lifebouy, Biore, Giv dsb . Bagi pihak konsumen terkadang membingungkan dalam memilih merek padahal merek-merek tersebut sama-sama memberikan manfaat yang serupa, sehingga yang akan dijadikan pertimbangan konsumen adalah ekuitas merek tersebut. Bagi pihak produsen yang perlu disadari adalah produk merupakan benda mati, sedangkan yang memberi nyawa dari suatu produk adalah merek, sehingga suatu merek sangat penting untuk dikelola sehingga konsumen akan selalu loyal akan produk tersebut.

Cara yang paling efektif  pada zaman sekarang untuk memperkenalkan suatu produk adalah dengan  melakukan promosi di media massa seperti media TV, media cetak maupun on-line. namun hal ini perlu didukung oleh pengelolaan ekuitas merek.  Menurut Aaker (1991:15) Brand Equity adalah satu set brand asset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.

Brand Equity
Brand Equity ini mempunyai lima kategori, yaitu:
·   Loyalitas merek (Brand Loyalty)
·   Hal ini mencerminkan bagaimana seorang konsumen beralih ke produk lain jika terjadi perubahan harga maupun perubahan unsur-unsur produk.
·   Kesadaran merek (Name/ Brand Awareness)
·   Merupakan kesanggupan konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek.
·   Kesan kualitas (Perceived Quality)
·   Kesan kualitas dapat didefenisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap suluruh kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan sehubung dengan maksud yang diharapkan.
·   Assosiasi merek (Brand Associations)
·   Asosiasi merek adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat jika apabila dilandasi  pada banyak pengalamanatau penampakan untuk mengkomunikasikannya.
·   Aset-aset merek lainnya (Other Proprietary Brand Assets
·   Brand Loyalty merupakan inti dari ekuitas merek (brand equity). Suatu produk yang dapat mempunyai name awareness yang tinggi, kualitas yang baik, brand associations yang cukup banyak tetapi belum tentu memiliki brand loyalty. Sebaliknya produk yang memiliki brand loyalty dapat dipastikan memiliki name awareness yang cukup tinggi, kualitas yang baik, brand associations yang cukup dikenal.

Pengelolaan ekuitas merek ini bukan hanya semata membuat produk dapat dikenal orang, tetapi jauh  dari itu dapat membuat konsumen loyal terhadap merek produk tersebut karena produk berkualitas, bergengsi, dan berbeda dari produk lain. Contoh kuatnya suatu ekuitas merek adalah Sampoerna, pada tahun 2008 PT.Philip Morris membeli PT.HM Sampoerna seharga US$ 4 Milliar padahal nilai aset Sampoerna hanya US$ 1 Miliar. Pembelian yang sedemkian besarnya tersebut dikarenakan karena ekuitas merek dari Sampoerna. Pada saat industri rokok diterpa oleh kampanye bahaya merokok, Sampoerna mengeluarkan produk dengan merek A-mild dengan klaim rokok rendah nikotin yang diterima masyarakat dan dengan Indentitas karakter iklan “Bukan Basa-Basi” yang merupakan suatu jingle yang diingat oleh semua orang, hingga saat ini. Keputusan membeli Sampoerna oleh Philip Moris disadari sebagai stategi untuk memasuki pangsa pasar Indonesia yang belum terlalu ketat dalam regulasi soal bahaya merokok dan  daripada membuat suatu merek baru yang memerlukan biaya besar dan belum tentu berhasil.

Pertumbuhan ekonomi dunia membuat timbulnya standarisasi hidup yang memperbaiki kualitas hidup manusia.  Suatu produk pada saat sekarang bukan hanya digunakan untuk manfaat utama dari produk itu sendiri, tetapi didasari juga oleh kebutuhan akan gaya hidup. Contohnya adalah Mcdonald, kita makan di Mcdonald bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan akan makan, tetapi lebih didasari akan suatu gaya hidup atau gengsi. Setiap tahun interbrand merilis daftar 100 merek terbaik di dunia, pada survey terakhir tahun 2009  5 peringkat teratas masih diduduki oleh merek yang sama, yakni 4 merek asal Amerika Serikat (Coca-cola, IBM. Microsfot, GE) dan 1 merek asal Filandia yakni Nokia. Merek-merek tersebut merupakan merek yang dapat kita temukan dan digunakan sehari-hari, bahkan merek seperti Coca-cola dapat kita temukan di pelosok pendesaan. Kita mengetahui bahwa Coca-cola bukan minuman yang sehat, tetapi karena ekuitas brand tersebut sangat kuat sehingga mengakibatkan orang tetap membeli karena berbagai macam pertimbangan.

Saat ekuitas merek yang kuat sudah tercapai maka suatu perusahaan dapat melakukan differesiasi merek/ brand extension dengan memakai merek yang sama, contohnya adalah lifebouy, orang mengenal lifebouy sebagai produk sabun mandi, namun sekarang muncul lifebouy shampo. Hal ini dapat dianalisa sebagai strategi pemasaran untuk berebut pangsa pasar shampo dengan memakai merek “lifebouy”yang sudah dikenal dan mapan dalam pangsa pasar sabun mandi. PT Unilever sebagai produsen merek lifebouy menyadari manfaat dari kuatnya ekuitas merek lifebouy, sehingga daripada mengeluarkan merek lain, lebih baik menggunakan merek lifebouy sebagai produk shampo baru sehingga akan menghemat biaya promosi untuk merek baru.


MERENCANAKAN STRATEGI MEREK & EKUITAS PELANGGAN (SYAHRAENI)

Strategi Penetapan Merek (Branding Strategi) Perusahaan mencerminkan jumlah dan jenis baik elemen merek maupun unik yang diterapkan perusahaan terhadap produk yang dijualnya. Strategi perluasan merek bukan hal yang baru dalam dunia pemasaran, dimana strategi pengembangan merek ini banyak digunakan oleh praktisi-praktisi pemasaran di dalam aktivitas peluncuran produk baru. Penggunaan strategi tersebut didasarkan pada pertimbangan besarnya biaya iklan untuk meningkatkan brand awareness dari produk baru, adanya ikatan emosional antara konsumen dengan merek yang memiliki ekuitas yang tinggi, dan waktu proses adopsi dari respon konsumen yang relatif lebih singkat. Strategi perluasan merek memiliki kekuatan dan kelemahan, demikian halnya dengan strategi pengembangan merek lainnya. Setiap peluncuran produk baru, baik yang menggunakan strategi merek baru ataupun strategi perluasan merek tetap memiliki resiko yang sama besarnya. Peran dari pemasar dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan adalah faktor kunci kesuksesan peluncuran suatu produk baru. Kata kunci Strategi Perluasan Merek, Faktor Pertimbangan Penggunaan Strategi, Peluncuran Produk Baru, Peranan Pemasar. tiga pilihan utama merencanakan strategi penetapan merek;
1. Perusahaan dapat mengembangkan elemen merek baru untuk produk baru.
2. Perusahaan dapat menerapkan beberapa elemen mereknya yang sudah ada.
3. Perusahaan dapat menggunakan kombinasi elemen merek baru dan yang ada.

Ketika perusahaan menggunakan merek yang sudah mapan untuk memperkenalkan sebuah produk baru, produk ini disebut perluasan merek (brand extension). Ketika pemasar menggabungkan merek baru dengan merek yang ada, perluasan merek dapat disebut submerek (subbrand). Merek yang sudah ad yang melahirkan perluasan merek atau submerek adalah merek induk (parent brand). Jika merek induk sudah diasosiasikan dengan berbagai produk melalui perluasan merek,merek induk dapat disebut juga merek keluarga (family brand).                                                    

Strategi Pengembangan Merek
-   

 

 

 

 

 

 

 
Line Extension/Perluasan Lini Produk
   Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek yang sudah dikenal oleh konsumen untuk memperkenalkan tambahan variasi seperti rasa baru, warna, ukuran kemasan, dsb pada suatu kategori produk dengan menggunakan nama merek yang sama.
   Contoh:
   Merek laptop Fujitsu meluncurkan koleksi Lifebook Series terbaru dengan varian lini produk antara lain S2110, C1320, dan P1510
-    Brand Extension/Perluasan Merek
   Strategi pengembangan merek ini menggunakan nama merek  yang sudah dikenal oleh konsumen untuk meluncurkan produk baru atau produk modifikasi pada kategori produk yang baru.
   Contoh:
   Merek sabun mandi Lifebouy yang memperluas mereknya pada kategori produk shampo
-    Multibrand/Banyak Merek
   Strategi pengembangan merek ini meluncurkan banyak merek pada satu macam kategori produk yang sama.
   Contoh:
   PT Unilever Indonesia Tbk memiliki tiga macam merek untuk kategori produk sabun mandi yaitu Lux, Lifebouy, dan Dove.
-    New Brand / Merek Baru
   Strategi pengembangan merek ini menggunakan merek yang benar-benar baru untuk peluncuran produk baru perusahaan.
   Contoh:
   PT Coca-Cola Indonesia Tbk meluncurkan merek Freshtea untuk produk baru minuman produk perusahaan yaitu teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati.
Keunggulan perluasan merek
Dua keunggulan utama perluasan merek adalah
1. Meningkatkan peluang keberhasilan produk baru
2. Efek umpan balik positif
Kekurangan perluasan merek
perluasan lini dapat menyebabkan nama merek tidak terlalu kuat teridentifikasi dengan produk manapun, juga bahwa perusahaan melewatkan peluang untuk menciptakan merek baru dengan citra unikdan ukuitasnya sendiri.

KERAKTERISTIK SUKSES
pemasar harus memutuskan setiap potensi perluasan merek berdasarkan seberapa efektif perluasan merek tersebut mengangkat ekuitas merek lama dari merek induk, dan juga pada gilirannyaseberapa efektif perluasan merek ini berkontribusi terhadap ekuitas merek induk.

PORTOFOLIO MEREK
portofolio merek adalah (brand portofolio) adalah kumpulan semua merek dan lini merek yang ditawarkan perusahaan tertentu untuk dijual dalam satu kategori atau segmen pasar tetentu.
Beberapa alasan untuk meperkenalkan berbagai merek dalam satu kategori :
a. meningkatkan kehadiran di rak dan ketergantungan pengecer di toko
b. menarik konsumen pencari keragaman yang mungkin dapat beralih kemerek lain
c. meningkatkan kompetisi internal dalam perusahaan
d. mencapai skala ekonomis dalam iklan, penjualan, perdagangan dan distribusi fisik.
Merek juga dapat memainkan sejumlah peran khusus sebagai bagian dari portofolio:
a. Flanker (merek petarung)
b. Sapi perah (cash cow)
c. Tingkat pemula  kelas bawah
d. Prestise kelas atas

EKUITAS PELANGGAN
Ekuitas pelanggan adalah jumlah dari nilai nilai seumur hidupseluruh pelanggan,sedangkan nilai seumur hidup pelanggan dipengaruhi oleh pertimbangan pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan akuisisi pelanggan, retensi, dan penjualan silang Kita dapat Menghubungkan ekuitas merek dengan salah satu konsep pemasaran lainnya, ekuitas pelanggan (customer equity). Tujuan manajemen hubungan pelanggan (CRM) adalah menghasilkan ekuitas pelanggan yang tinggi
·   Akuisis dipengaruhi oleh sejumlah prospek, probabilitas akuisisi dari suatu prospek, dan       pengeluaran akuisisi per prospek.
·   Retensi dipengaruhi oleh tingkat retensi dan tingkat pengeluaran retensi
·   Pengeluaran tambahan merupakan fungsi dari efisiensi penjualan tambahan,jumlah penawaran penjualan tambahan yang diberikan kepada pelangganyang ada,dan tingkat respon terhadap penawaran baru.
Prespektif ekuitas merek dan ekuitas pelanggan tentu memiliki banyak tema yang sama.keduanya menekankan pentingnya loyalitas dan ide bahwa nilai diciptakjan dengan memiliki sebanyak mungkin pelanggan yang membayar harga setinggi mungkin. Namun, ketika mereka dipraktikan, kedua prespektif mempunyai penekanan yang berbeda. Ekuitas pelanggan berfokus pada nilai akhir finansial, manfaat jelasnya adalah ukuran.


MENCIPTAKAN EKUITAS MEREK (SAMSIATI)

Merek
American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.

Merek memiliki peran mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Merek juga melaksanakan fungsi yang berharga bagi perusahaan. Merek menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi. Merek juga menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali.

Ruang Lingkup Penetapan Merek
Penetapan merek (branding) adalah memberikan kekuatan merek kepada produk dan jasa. Penetapan merek adalah tentang menciptakan perbedaan antarproduk. Pemasar harus mengajarkan tentang “siapa” produk itu kepada konsumen begitu pula dengan apa yang dilakukan produk dan mengapa konsumen harus memperhatikan. Penetapan merek menciptakan struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara yang menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan, dalam prosesnya, memberikan nilai bagi perusahaan.

Mendefinisikan Ekuitas Merek
Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek berbasis-pelanggan (customer-based brand equity) adalah pengaruh diferensial yang dimiliki pengetahuan merek atas respons konsumen terhadap pemasaran merek tersebut. Prinsip dari model akuitas merek berbasis-pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggan tentang merek sepanjang waktu. Ada tiga bahan kunci ekuitas merek berbasis pelanggan.
Pertama, ekuitas merek timbul akibat perbedaan respons konsumen. Jika tidak ada perbedaan, maka pada intinya produk nama merek merupakan suatu komoditas atau versi generik dari produk.
Kedua, perbedaan respons adalah akibat pengetahuan konsumen tentang merek. Pengetahuan merek (brand knowledge) terdiri dari semua pikiran, perasaan, citra, pengalaman, keyakinan, dan lain-lain yang berhubungan dengan merek.
Ketiga, respons diferensial dari konsumen yang membentuk ekuitas merek tercermin dalam persepsi, preferensi, dan perilaku yang berhubungan dengan semua aspek pemasaran merek.

Ekuitas Merek sebagai Jembatan
Dari perspektif ekuitas merek, pemasar harus memikirkan semua biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk produk dan jasa setiap tahun sebagai investasi dalam pengetahuan merek konsumen. Pengetahuan merek yang tercipta oleh investasi pemasaran akan memberikan arah masa depan yang tepat bagi merek. Konsumen akan memutuskan, berdasarkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang merek, ke mana (dan bagaimana) mereka pikir merek itu seharusnya dipersepsikan dan berkenaan (atau tidak) akan segala bentuk tindakan atau program pemasaran. Janji merek adalah visi pemasar tentang seperti apa mereka seharusnya dan apa yang harus dilakukan merek untuk konsumen. Nilai dan prospek masa depan merek sebenarnya terletak pada konsumen, pengetahuan mereka tentang merek, dan kemungkinan respons mereka terhadap kegiatan pemasaran sebagai hasil dari pengetahuan ini.

Nama Anggota:
1. Riny (10.12.064)
2. Rizal (10.12.065)
3. Rusli Nurdin (10.12.066)
4. Sahraeni (10.12.067)
5. Samsiati (10.12.068)

No comments: