Judul: "Kisah Tragis OEI HUI LAN (putri orang terkaya di
indonesia)"
Penulis: Agnes Davonar
Penerbit: INTIBOOK
Tahun: 2011
Tebal: 310 halaman
Peresensi: Dhani Putra Lubis (10.12.092)
Peresensi: Dhani Putra Lubis (10.12.092)
Novel
ini mengambarkan permulaan masa kecil dari Oei Hui Lan hingga ia dewasa, Oei
Hui Lan terlahir dengan kemewahan dan kehidupan yang sempurna, ayahnya Oei
Tiong Ham adalah seorang pria terkaya di Asia Tenggara, yang
disebut sebagai Raja Gula asal Semarang, Oei Hui Lan sendiri tidak mengetahui
fakta itu sampai usianya menginjak 15 tahun Oei
Hui Lan adalah anak kedua dari istri sah Oei Tiong Ham yg bernama Goei Bing Nio
dan memiliki seorang kakak perempuan yg bernama Oei Tjong Lan, mereka
bertempat tinggal di Semarang dan menghuni rumah mewah layaknya istana dengan
luas mencapai 9,2 hektar dengan 40 pembantu, 50
tukang kebun, berikut tambahan guru les privat dan koki terkenal dari China,
Melayu maupun Eropa.
Oei
Hui Lan bisa dibilang hidup dengan cara membeli semua kesenangannya. Sang ayah
juga memenuhi semua kebutuhan ibu dan kakak perempuannya Oei Tjong Lan. Baik
itu di Semarang maupun ketika mereka pindah ke London dan Paris. Tapi kehidupan
mereka terganggu oleh kecintaan sang ayah terhadap perempuan.
Selama hidupnya Oei Tiong Ham memiliki 8 orang istri dengan 42 orang anak. Dan itulah alasan kenapa sang ibu akhirnya “melarikan diri” dari kemelut hubungannya dengan suami dengan cara menghabiskan uang seenaknya, mulai dari Semarang hingga ke Eropa. Belanja dan mempercantik diri menjadi kegiatan utama kehidupannya.
Selama hidupnya Oei Tiong Ham memiliki 8 orang istri dengan 42 orang anak. Dan itulah alasan kenapa sang ibu akhirnya “melarikan diri” dari kemelut hubungannya dengan suami dengan cara menghabiskan uang seenaknya, mulai dari Semarang hingga ke Eropa. Belanja dan mempercantik diri menjadi kegiatan utama kehidupannya.
Kebiasaan
belanja dan mempercantik diri juga diwariskan kepada Oei Hui Lan. Hui Lan
menambah kebiasaan itu dengan berpesta. Ia menjadi ratu pesta di London,
berpesta sepanjang minggu dengan kalangan kelas satu masyarakat… kalangan
bangsawan. Kebiasaan itu baru ia tinggalkan ketika ia menikah dengan Wellington
Koo, seorang pejabat departemen luar negeri Republik Cina. Kebiasaan berpesta
ditinggalkan tapi tidak kehidupan mewah. Kehidupan jetset kelas dunia kemudian
ia jalani setelah dirinya menjadi istri seorang yang paling berpengaruh di RRC
itu. Hui Lan yang kemudian lebih dikenal dengan gelar nyonya Wellington Koo ini
pun dekat dengan keluarga Kerajaan Monaco dan Inggris, cukup dekat dengan kakak
Presiden Amerika kala itu,dan orang-orang terkenal lainnya.
Tapi
sayang, kehidupan ayahnya,Oei Tiong Ham berakhir tragis 5 tahun setelah Hui Lan
menikah. Tiong Ham yang memutuskan pindah ke Singapore bersama Lucy Ho si
gundik tersayangnya setelah terdesak oleh pajak dari Pemerintah Hindia
Belanda dan juga demi menghabiskan masa tuanya disana. Kemudian ia pun
meninggal karena serangan jantung. Hui Lan yang sempat mencurigai Lucy Ho
sebagai dalang dari kematian ayahnya, tidak mampu berbuat apa-apa karena otopsi
mayat tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan ibunya.Warisan yang ditinggalkan
Tiong Ham pun menjadi petaka bagi gundik dan anak-anaknya yang ditinggalkan
karena mereka menginginkan harta yang lebih dengan berbagai cara hingga
beberapa generasi sesudahnya.
Dari
novel ini kita dapat mengambil hikmah bahwa gelimangan harta dan ketenaran
bukan segala-galanya. Rasa cinta, syukur, memberi adalah kunci kebahagian abadi.
No comments:
Post a Comment