Laman

Akuntansi

Manajemen Pemasaran

Resensi Buku

Wednesday, December 21, 2011

Resensi: Kisah Tragis OEI HUI LAN

Judul: "Kisah Tragis OEI HUI LAN (putri orang terkaya di indonesia)"

Penulis: Agnes Davonar
Penerbit: INTIBOOK
Tahun: 2011
Tebal: 310 halaman
Peresensi: Dhani Putra Lubis (10.12.092)

Novel ini mengambarkan permulaan masa kecil dari Oei Hui Lan hingga ia dewasa, Oei Hui Lan terlahir dengan kemewahan dan kehidupan yang sempurna, ayahnya Oei Tiong Ham adalah seorang pria terkaya di Asia Tenggara, yang disebut sebagai Raja Gula asal Semarang, Oei Hui Lan sendiri tidak mengetahui fakta itu sampai usianya menginjak 15 tahun Oei Hui Lan adalah anak kedua dari istri sah Oei Tiong Ham yg bernama Goei Bing Nio dan memiliki seorang kakak perempuan yg bernama Oei Tjong Lan, mereka bertempat tinggal di Semarang dan menghuni rumah mewah layaknya istana dengan luas mencapai 9,2 hektar dengan 40 pembantu, 50 tukang kebun, berikut tambahan guru les privat dan koki terkenal dari China, Melayu maupun Eropa.


Oei Hui Lan bisa dibilang hidup dengan cara membeli semua kesenangannya. Sang ayah juga memenuhi semua kebutuhan ibu dan kakak perempuannya Oei Tjong Lan. Baik itu di Semarang maupun ketika mereka pindah ke London dan Paris. Tapi kehidupan mereka terganggu oleh kecintaan sang ayah terhadap perempuan.
Selama hidupnya Oei Tiong Ham memiliki 8 orang istri dengan 42 orang anak. Dan itulah alasan kenapa sang ibu akhirnya “melarikan diri” dari kemelut hubungannya dengan suami dengan cara menghabiskan uang seenaknya, mulai dari Semarang hingga ke Eropa. Belanja dan mempercantik diri menjadi kegiatan utama kehidupannya.


Kebiasaan belanja dan mempercantik diri juga diwariskan kepada Oei Hui Lan. Hui Lan menambah kebiasaan itu dengan berpesta. Ia menjadi ratu pesta di London, berpesta sepanjang minggu dengan kalangan kelas satu masyarakat… kalangan bangsawan. Kebiasaan itu baru ia tinggalkan ketika ia menikah dengan Wellington Koo, seorang pejabat departemen luar negeri Republik Cina. Kebiasaan berpesta ditinggalkan tapi tidak kehidupan mewah. Kehidupan jetset kelas dunia kemudian ia jalani setelah dirinya menjadi istri seorang yang paling berpengaruh di RRC itu. Hui Lan yang kemudian lebih dikenal dengan gelar nyonya Wellington Koo ini pun dekat dengan keluarga Kerajaan Monaco dan Inggris, cukup dekat dengan kakak Presiden Amerika kala itu,dan orang-orang terkenal lainnya.



Tapi sayang, kehidupan ayahnya,Oei Tiong Ham berakhir tragis 5 tahun setelah Hui Lan menikah. Tiong Ham yang memutuskan pindah ke Singapore bersama Lucy Ho si gundik tersayangnya setelah terdesak oleh pajak dari  Pemerintah Hindia Belanda dan juga demi menghabiskan masa tuanya disana. Kemudian ia pun meninggal karena serangan jantung. Hui Lan yang sempat mencurigai  Lucy Ho sebagai dalang dari kematian ayahnya, tidak mampu berbuat apa-apa karena otopsi mayat tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan ibunya.Warisan yang ditinggalkan Tiong Ham pun menjadi petaka bagi gundik dan anak-anaknya yang ditinggalkan karena mereka menginginkan harta yang lebih dengan berbagai cara hingga beberapa generasi sesudahnya.


Dari novel ini kita dapat mengambil hikmah bahwa gelimangan harta dan ketenaran bukan segala-galanya. Rasa cinta, syukur, memberi adalah kunci kebahagian abadi.

No comments: